Rabu, 29 Oktober 2008

Urgensi Pendidikan Anak Usia Dini

Dewasa ini, marak sekali dibuka lembaga pendidikan untuk anak-anak pra sekolah, baik play group (kelompok bermain) maupun taman kanak-kanak (TK). Sejauh manakah urgensi dari pendidikan anak pra sekolah yang lazim dikenal dengan PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) ini?
Pendidikan anak pra sekolah, merupakan jalur pendidikan anak pada usia antara tiga sampai lima tahun, dengan tujuan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani anak di luar lingkungan keluarga sebelum memasuki pendidikan dasar (Uhbiyati, 2000).
Model pendidikan ini sangat diperlukan, untuk menjembatani perkembangan kepribadian anak. Mengingat, pada masa anak-anak lah sesungguhnya karakter dasar seseorang dibentuk. Berkualitas atau tidaknya seseorang di masa dewasa, salah satunya sangat dipengaruhi oleh proses pendidikan yang diterima anak sejak dini.
Ini sejalan dengan amanat UU No. 20 Tahun 2003, di mana pendidikan anak pra sekolah (usia dini) diharapkan dapat berperan secara aktif mengembangkan potensi anak.
Berbicara masalah pendidikan anak usia dini, kita akan menemukan “mutiara” pemikiran Ibnu Shina, yang menegaskah bahwa, mendidik anak sejak usia dini, itu ibarat mengukir di atas batu. Sehingga akan selalu lekat dan sulit untuk dihilangkan (al-ta’allum fi al-shaghir ka al-naqsi ‘ala al-hajar).
Friedrich Wilhelm Froebel (1782-1852) mengemukakan, pendidikan anak pra sekolah salah satunya bertujuan agar anak dapat memahami kesatuan dirinya dengan orang lain, alam dan Tuhan (Suyanto, 2005).
Berbagai penjelasan di atas, dengan jelas menegaskan betapa pendidikan untuk anak harus sudah diberikan sedini mungkin. Pertama, karena karakter anak bisa dibentuk dari sini.
Kedua, untuk mengetahui potensi anak, sehingga anak bisa diarahkan untuk menekuni potensi (bakat alam) yang dimilikinya, tanpa mengurangi pendidikan atau pengetahuan lain.
Ketiga, pendidikan anak sejak dini, memungkinkan ingatan yang sangat mengakar, sebagaimana dikatakan Ibnu Shina di atas, bahwa mendidik anak sejak kecil, itu ibarat mengukir di atas batu.
Berbeda jika kita mengajar anak yang sudah besar, maka akan mudah lupa. Karena pikiran anak sudah terkontaminasi dengan banyak hal. Ibnu Shina mengibaratkan mengajar anak pada usia dewasa, laksana mengukir di atas air. al-ta’allum fi al-kabir ka al-naqsi ‘ala al-maa’.
Selain ketiga hal di atas, upaya penanaman pendidikan moral juga lebih tersampaikan dengan baik. Hurlock (2005) menjelaskan, penanaman moral pada anak dapat dilakukan dengan jalan memberikan pendidikan agama yang cenderung akan mengkondisikan kehidupannya secara agama.
Pendapat ini Hurlock kemukakan berdasarkan pengamatannya terhadap anak-anak di Eropa yang dibiasakan hidup secara agamis, pada saat dewasa relatif menunjukkan sikap hidup yang berkelakuan baik pula.
Sedikit ilustrasi ini, setidaknya dapat memberikan berbagai pandangan mengenai urgensi pendidikan bagi anak usia dini. Di mana manfaat dari pendidikan ini sangat besar sekali bagi perkembangan anak di masa-masa mendatang.

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda